Teori Tentang Cahaya Menurut Para Ahli Fisika
13 Macam Teori Tentang Cahaya Menurut Para Ahli Fisika
Dari
pengertian tentang cahaya di atas, kita ketahui bahwa cahaya dapat bertindak
sebagai “gelombang” elektromagnetik dan juga sebagai “partikel” foton. Oleh
karena itu, bermunculan teori-teori atau pendapat tentang cahaya. Ada yang
beranggapan cahaya sebagai gelombang dan ada juga yang beranggapan cahaya
sebagai partikel. Perbedaan dua pandangan tentang cahaya tersebut, kemudian
dikenal sebagai dualisme gelombang-partikel.
Namun jauh sebelum lahirnya dualisme gelombang, para ahli fisika pada zaman dahulu telah merumuskan konsep atau hakekat tentang cahaya. Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan belajar mengenai beberapa teori atau pendapat mengenai cahaya yang dikemukakan oleh para ahli fisika. Silahkan kalian simak penjelasan berikut ini. Selamat membaca.
#1 Pendapat Plato dan Euclides
Plato (429 – 348 SM) dan Euclides
(287 – 212 SM) berasal dari Yunani, keduanya berpendapat bahwa
kita dapat melihat benda di sekeliling kita karena dari mata kita memancarkan
sinar-sinar pengelihatan yang berbentuk kumis-kumis peraba. Apabila kumis-kumis
peraba menyentuh benda, maka kita akhirnya dapat melihat benda tersebut.
#2 Pendapat Aristoteles
Aristoteles (384 – 322 SM) juga berasal
dari Yunani. Ia menentang adanya kumis-kumis peraba, karena pada kenyataannya
kita tidak dapat melihat benda-benda yang berada di dalam ruangan gelap.
Menurut Aristoteles, pengelihatan merupakan bentuk yang diterima mata dari
objek yang sedang dilihat. Tetapi sayangnya, Aristoteles sendiri tidak dapat
menjelaskan, mengapa mata dapat melihat benda. Akhirnya, teori kumis-kumis
peraba ini dapat bertahan sampai abad pertengahan.
#3 Pendapat Al-Kindi
Al-Kindi (801 – 873 M) merupakan ilmuwan
muslim pertama yang mencurahkan pikirannya udah mengkaji ilmu optik. Secara
lugas, Al-Kindi menolak konsep pengelihatan yang dikemukakan oleh Aristoteles.
Menurut Al-Kindi, pengelihatan justru ditimbulkan karena ada daya pencahayaan
yang berjalan dari mata ke objek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat.
#4 Pendapat Al-Haytham
Al-Haytham (965 – 1040 M) adalah ilmuwan
muslim yang paling populer di bidang optik. Sang ilmuwan muslim ini meyakini
bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurus di setiap titik dari permukaan yang
bercahaya. Ia juga menyatakan bahwa mata dapat melihat suatu benda karena benda
tersebut mengeluarkan cahaya yang kemudian ditangkap mata.
Selain itu, Al-Haytham juga
mencetuskan teori tentang berbagai macam fenomena fisik seperti banyangan,
gerhana dan juga pelangi. Menurutnya, warna-warna pelangi terbentuk karena
cahaya matahari dipantulkan awan sebelum mencapai mata.
#5 Pendapat Kamal Al-Din
Al-Farisi
Salah satu bagian yang paling
penting dalam karya Al-Farisi (1267 – 1319 M) adalah
komentarnya tentang teori pelangi yang menyangkal pendapat Al-Haitham.
Menurutnya, teori yang dicetuskan Ibnu Haitham dinilai mengandung kelemahan
karena tidak melalui sebuah penelitian yang objektif.
Al-Farisi kemudian mengusulkan
sebuah teori baru tentang pelangi. Menurut dia, pelangi terjadi karena sinar
atau cahaya matahari dibiaskan dua kali dengan titik air hujan yang turun. Satu
atau lebih pemantulan cahaya terjadi di antara dua pembiasan. Al-Farisi
membuktikan teori pelanginya melalui eksperimen menggunakan sebuah lapisan
transparan yang diisi dengan air dan sebuah kamera obscura.
#6 Pendapat Al-Hasan
Al-Hasan (965-1038 M) adalah
seorang ilmuwan Mesir yang mengemukakan pendapat bahwa mata dapat melihat
benda-benda di sekeliling karena adanya cahaya yang dipancarkan atau
dipantulkan oleh benda-benda yang bersangkutan masuk ke dalam mata. Teori ini
akhirnya dapat diterima oleh orang banyak sampai abad ke-20 ini.
#7 Teori Emisi Oleh Sir Isaac Newton
Sir Isaac Newton (1642 – 1727)
adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris. Pada tahun 1672 ia berpendapat
bahwa:
■ Cahaya adalah pancaran partikel-partikel
yang sangat kecil dan ringan berupa garis lurus ke segala arah dengan kecepatan
yang sangat besar. Bila partikel-partikel ini mengenai mata, maka kita mendapat
kesan melihat sumber cahaya itu.
■ Kecepatan cahaya dalam medium rapat lebih
besar daripada kecepatan cahaya dalam medium renggang.
Kelemahan teori emisi Newton adalah
sebagai berikut:
■ Teori Newton mengenai kecepatan cahaya
tidak sesuai dengan hasil percobaan Foucault di mana kecepatan cahaya dalam
medium rapat ternyata lebih kecil dari pada kecepatan cahaya dalam medium
renggang.
■ Teori Newton tidak dapat menerangkan
terjadinya gejala difraksi (pelenturan) dan interferensi (perpaduan) pada celah
sempit. Gejala ini telah dibuktikan kebenarannya oleh Thomas Young (1773 – 1829
M) dan Agustin Fresnel (1788 – 1827 M).
#8 Percobaan Jean Beon Foucault
Teori emisi Newton ternyata memiliki
kelemahan setelah Jean Focault (1819 – 1868 M) melakukan percobaan
tentang pengukuran kecepatan cahaya dalam berbagai medium pada tahun 1850.
Dalam percobannya, Jean Focault mendapatkan kesimpulan bahwa kecepatan cahaya
dalam air lebih kecil daripada kecepatan cahaya dalam udara.
Dengan demikian, teori Newton yang
menyatakan bahwa kecepatan cahaya dalam medium rapat lebih besar daripada
kecepatan cahaya dalam medium renggang tidak benar.
#9 Teori Gelombang Oleh Christian
Huygens
Christian Huygens (1629 – 1695)
adalah seorang Ilmuwan berkebangsaan Belanda yang menerangkan bahwa cahaya pada
dasarnya sama dengan bunyi, yaitu berupa gelombang. Perbedaan cahaya dengan
bunyi hanya terletak pada panjang gelombang dan frekuensinya. Karena cahaya
sebagai gelombang, maka harus ada medium (zat perantara) agar dapat merambat
dalam ruang hampa.
Medium gelombang cahaya dalam ruang hampa
disebut zat eter yaitu zat ringan yang elastis, diam dan
mengisi seluruh ruang alam semesta. Teori Huygens ini dapat dengan mudah
menjelaskan gejala-gejala pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi),
pelenturan (difraksi) dan perpaduan (interferensi) cahaya.
Kelemahan teori gelombang Huygens adalah
sebagai berikut:
■ Teori Huygens tidak dapat menerangkan
tentang sifat cahaya yang merambat lurus, hal ini dengan mudah dapat
diterangkan oleh teori Newton.
■ Bukti-bukti eksperimen tentang adanya zat
eter tidak pernah terbukti. Hal ini telah dibuktikan oleh Albert Abraham
Michelson (1852 – 1931) dan Edward William Morley (1838 – 1923)
dari Amerika.
#10 Teori Gelombang Elektromagnetik Oleh
James Clark Maxwell
James Clerk Maxwell (1831 – 1879)
adalah seorang ilmuwan asal Inggris (Skotlandia) yang menyatakan bahwa cahaya
adalah gelombang elektromagnetik. Cepat rambat gelombang elektromagnetik sama
dengan cepat rambat cahaya yaitu 3 × 108 m/s. Kesimpulan Maxwel ini diperkuat oleh
percobaan-percobaan para ilmuwan berikut ini.
■ Heinrich Rudolph Hertz (1857 – 1894),
ilmuwan Jerman yang membuktikan bahwa gelombang elektromagnetik itu sebagai
gelombang transversal. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa cahaya dapat menunjukkan
gejala polarisasi (ex. difraksi dan interferensi).
■ Pieter Zeeman (1852 – 1943),
ilmuwan Belanda, Percobaan yang dilakukannya pada tahun 1896 menunjukkan bahwa
adanya pengaruh medan magnet yang kuat terhadap berkas cahaya.
■ Johanes Stark (1874 – 1957),
ilmuwan Jerman pada percobaan yang dilakukan pada tahun 1913 yang memberikan
hasil bahwa medan listrik yang sangat kuat berpengaruh terhadap berkas cahaya.
#11 Teori Kuantum Oleh Max Karl Ernst
Ludwig Planck
Teori kuantum pertama kali dicetuskan pada
tahun 1900 oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman bernama Max Karl Ernst
Ludwig Planck (1858 –1947). Dalam percobaannya, Planck mengamati
sifat-sifat termodinamika radiasi benda-benda hitam sehingga ia berkesimpulan
bahwa energi cahaya terkumpul dalam paket-paket energi yang disebut kuanta atau
foton.
Kemudian pada tahun 1901, Planck
mempublikasikan teori kuantum cahaya yang menyatakan bahwa cahaya terdiri dari
paket-paket energi yang disebut kuanta atau foton. Akan tetapi dalam teori ini,
paket-paket energi atau partikel penyusun cahaya yang dimaksud berbeda dengan
partikel yang dikemukakan oleh Newton. Karena foton tidak bermassa sedangkan
partikal pada teori Newton memiliki massa.
#12 Percobaan Efek Fotolistrik Albert
Einstein
Pernyataan Planck ternyata mendapat
dukungan dengan adanya percobaan Albert Einstein (1879 – 1955) pada
tahun 1905 yang berhasil menerangkan gejala fotolistrik dengan menggunakan
teori Planck. Fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya
elektron dari suatu logam yang disinari cahaya dengan panjang gelombang
tertentu.
Akibatnya, percobaan Einstein justru
bertentangan dengan pernyataan Huygens dengan teori gelombangnya. Pada efek
fotolistrik, besarnya kecepatan elektron yang terlepas dari logam ternyata
tidak bergantung pada besarnya intensitas cahaya yang digunakan untuk menyinari
logam tersebut. Sedangkan menurut teori gelombang seharusnya energi kinetik
(energi yang terjadi karena adanya kecepatan) elektron bergantung pada
intensitas cahaya.
#13 Hipotesis Lous de Broglie
Louis de Broglie, seorang ahli fisika
Perancis, mengemukakan gagasannya tentang gelombang materi pada tahun 1924.
Gagasan ini merupakan penerapan yang lebih luas dari gagasan partikel cahaya
yang dikemukakan oleh Max Planck dan Albert Einstein. Argumen de Broglie
menghasilkan persamaan untuk menghitung panjang gelombang satu partikel, yaitu
sebagai berikut.
λ = h/(mv)
Keterangan:
λ = panjang gelombang (m)
m = massa partikel (kg)
v = kecepatan partikel (m/s)
h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 Joule.s)
Broglie membuat suatu hipotesis bahwa
apabila cahaya memiliki sifat partikel, maka partikel juga memiliki sifat
gelombang. Dengan demikian, cahaya mempunyai sifat dualisme yaitu
sebagai partikel dan gelombang.
Menurut de Broglie, gerakan partikel
mempunyai ciri-ciri gelombang. Hipotesis de Broglie kemudian terbukti
kebenarannya, ketika ditemukan bahwa elektron menunjukan sifat difraksi seperti
halnya sinar X. Sifat gelombang dari elektron digunakan dalam mikroskop
elektron. Hipotesis Louis de Broglie sebenarnya berlaku untuk setiap benda yang
bergerak.
Namun demikian, jika diterapkan untuk
benda-benda biasa, seperti bola golf atau peluru, yaitu benda yang mempunyai
massa relatif besar, maka persamaan de Broglie akan menghasilkan panjang
gelombang yang sangat kecil, tidak teramati.
Comments
Post a Comment